Sekilas.co – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah pada rentang Rp16.730–Rp16.790 pada hari ini, Jumat (21/11/2025). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 0,17% ke posisi Rp16.736 per dolar AS pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (20/11/2025).
Indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB terpantau menguat 0,01% ke level 100,23. Sementara itu, sejumlah mata uang Asia bergerak bervariasi terhadap dolar AS.
Yen Jepang melemah 0,11%, dolar Hong Kong menguat 0,12%, dolar Singapura turun 0,05%, dolar Taiwan melemah 0,05%, dan won Korea Selatan melemah 0,12%. Peso Filipina juga melemah 0,21%, yuan China turun 0,03%, ringgit Malaysia melemah 0,14%, sementara baht Thailand menguat 0,03%.
Pengamat komoditas dan mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan prospek kebijakan moneter semakin tidak pasti setelah sejumlah pejabat Federal Reserve (Fed) menunjukkan sikap skeptis terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Desember.
Pejabat Fed masih terbelah antara risiko inflasi yang persisten dan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja, sehingga pelaku pasar mulai menurunkan ekspektasi terhadap pelonggaran kebijakan lebih lanjut.
Ibrahim menambahkan bahwa fokus pasar kini tertuju pada laporan ketenagakerjaan September yang tertunda. Laporan ini dapat memberikan gambaran mengenai kondisi pasar tenaga kerja AS serta memberi petunjuk tambahan mengenai arah suku bunga.
Ekonom memprediksi kenaikan tenaga kerja sekitar 50.000, meningkat dari 22.000 pada Agustus. Angka yang lebih rendah dari perkiraan dapat mengubah ekspektasi pasar terhadap peluang pelonggaran suku bunga lanjutan.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan transaksi berjalan pada 2025 berada dalam kisaran surplus 0,1% hingga defisit 0,7% PDB. Proyeksi tersebut mencerminkan bahwa fundamental eksternal Indonesia dianggap tetap kuat di tengah dinamika ekonomi global.
BI menyampaikan bahwa neraca pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang tahun ini diperkirakan tetap berada pada kondisi yang berdaya tahan, didukung oleh defisit transaksi berjalan yang rendah serta potensi meningkatnya aliran modal seiring perbaikan prospek ekonomi nasional.
Selain itu, ketahanan eksternal Indonesia dinilai masih terjaga, terlihat dari kondisi NPI yang tetap positif dan mampu menopang stabilitas makroekonomi di tengah ketidakpastian global.





