Sekilas.co – Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini dipengaruhi oleh rilis data inflasi AS yang sesuai dengan perkiraan pasar. Menurutnya, data tersebut memberi sinyal positif bagi investor karena membuka ruang bagi bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), untuk mulai mempertimbangkan pelonggaran kebijakan suku bunga.
“Penguatan rupiah didukung oleh data inflasi AS yang relatif sesuai dengan ekspektasi pasar. Hal ini membuka peluang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat,” ujar Lukman kepada ANTARA di Jakarta, Senin (29/9/2025).
Dari sisi data, inflasi inti AS yang diukur melalui Personal Consumption Expenditures (PCE) Inti secara bulanan (month to month/MoM) tercatat naik 0,2 persen pada Agustus 2025. Angka ini sejalan dengan ekspektasi pasar dan menunjukkan tren inflasi yang mulai melandai. Sementara itu, mengutip laporan Xinhua, inflasi PCE secara tahunan (year on year/YoY) tumbuh 2,7 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 2,6 persen pada Juli 2025.
Meski demikian, biaya hidup masyarakat AS tetap mengalami tekanan karena harga makanan dan barang-barang kebutuhan lainnya naik cukup signifikan pada bulan lalu. Di sisi lain, harga jasa juga bertahan tinggi sehingga menjaga inflasi inti tetap berada di atas target The Fed. Tercatat, PCE inti tahunan mencapai 2,9 persen, sama dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya, dan masih lebih tinggi dari target inflasi 2 persen yang ditetapkan bank sentral AS.
Selain faktor inflasi, pelemahan data kepercayaan konsumen AS turut memberikan dukungan tambahan bagi rupiah. Sentimen konsumen, yang semula diperkirakan stabil, justru direvisi turun dari 55,4 menjadi 55,1, setelah bulan lalu berada di level 58,2. Menurut Lukman, revisi ini menandakan berkurangnya optimisme konsumen AS terhadap kondisi ekonomi, sehingga pasar semakin percaya The Fed akan lebih longgar dalam kebijakan moneternya.
“Sentimen konsumen yang direvisi turun menjadi 55,1 juga memberikan sentimen positif terhadap rupiah karena pasar menilai tekanan ekonomi di AS semakin nyata,” jelas Lukman.
Berdasarkan kombinasi faktor-faktor tersebut, Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek akan bergerak stabil di kisaran Rp16.650 hingga Rp16.750 per dolar AS. Adapun pada pembukaan perdagangan hari Senin di Jakarta, rupiah tercatat menguat 93 poin atau 0,56 persen menjadi Rp16.645 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp16.738 per dolar AS.





