Meski Banyak Penolakan, Layanan Bus Trans Banten Dipastikan Tetap Beroperasi

foto/istimewa

Sekilas.co – Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Banten, Tri Nurtopo, menegaskan bahwa operasional Bus Trans Banten tidak akan dihentikan, meskipun sejumlah sopir angkot trayek Palima, Cinangka masih terus melayangkan protes.

Tri memastikan bahwa pemerintah telah menindaklanjuti sebagian tuntutan para sopir dengan melakukan penyesuaian jam operasional bus.

Baca juga:

“Terkait dengan tuntutan mereka mengenai jam operasional, itu sudah kami laksanakan. Semula dari jam 06.00 WIB sampai 18.00 WIB, sekarang jadi jam 07.00 WIB sampai 17.00 WIB. Tapi katanya masih ada bus yang jalan sampai jam setengah tujuh malam. Itu nanti akan kita dalami dan cek lagi, karena seharusnya tidak boleh ada yang beroperasi lewat jam itu,” ujar Tri di Serang, Senin.

Tri menegaskan, penghentian layanan Trans Banten tidak mungkin dilakukan karena program tersebut merupakan bagian dari kebijakan strategis Pemerintah Provinsi Banten.

“Kalau mereka menginginkan operasional Trans Banten dihentikan, itu tidak bisa. Tapi kalau ingin terlibat, saya sudah sarankan mereka membentuk koperasi atau badan hukum seperti CV. Sekarang kan sebagian besar masih perorangan,” katanya.

Ia juga menyebut telah menyampaikan langsung kepada Gubernur Banten Andra Soni mengenai permintaan sopir untuk bertemu, namun keputusan jadwal pertemuan ada di tangan gubernur.

“Sudah saya sampaikan, tapi saya tidak bisa atur jadwal Gubernur. Ya makanya saya sampaikan lagi, apa yang mereka inginkan?” kata Tri.

Tri menambahkan, pemerintah tetap menghargai aspirasi para sopir angkot dan terbuka terhadap masukan, selama sejalan dengan prinsip pelayanan publik.

“Kami menghargai apa yang mereka sampaikan. Tapi kalau saya harus memberhentikan, tidak bisa. Program ini harus tetap jalan karena bagian dari peningkatan layanan transportasi masyarakat,” tegasnya.

Sementara itu, Koordinator Komunitas Angkot Palka, Geri Wijaya, mengaku kecewa dengan sikap pemerintah yang dinilai tidak menepati hasil kesepakatan audiensi sebelumnya.

“Kami sudah aksi sejak tanggal 15 Oktober dan bertemu langsung dengan Kadishub. Beliau janji akan evaluasi jam operasional dan trayek Trans Banten serta mempertemukan kami dengan Gubernur. Tapi sampai hari ini janji itu tidak ditepati,” ujar Geri.

Menurut Geri, sejak Trans Banten diluncurkan pada 4 Oktober 2025, pendapatan sopir angkot turun drastis.

“Sebelum ada Trans Banten, kami bisa dapat Rp350 ribu per hari. Sekarang hanya Rp60 ribu sampai Rp150 ribu, belum dipotong setoran,” katanya.

Ia juga menuding Bus Trans Banten melanggar kesepakatan karena masih beroperasi hingga malam hari, di luar jam yang disepakati.

Merasa tak mendapat tanggapan, komunitas sopir berencana kembali mengajukan permohonan audiensi resmi kepada Gubernur Banten.

“Kalau tetap tidak ada tanggapan, kami akan datang langsung ke pendopo Gubernur dengan massa yang lebih banyak,” tutur Geri.

Artikel Terkait