Sekilas.co – Indonesia semakin menunjukkan keseriusannya dalam memperkuat posisi sebagai pusat pengembangan ekosistem halal global. Hal tersebut tercermin dari partisipasi aktif Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) pada ajang Indonesia–Latin America and the Caribbean Business Forum (INA-LAC) 2025 yang berlangsung di São Paulo, Brasil. Forum tahunan yang mempertemukan pemerintah, pelaku usaha, serta lembaga strategis dari berbagai negara ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memperluas kolaborasi lintas kawasan di sektor halal yang kini berkembang pesat dan memiliki nilai ekonomi sangat besar.
Deputi Bidang Kemitraan dan Standardisasi Halal BPJPH, Abd Syakur, menjelaskan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam INA-LAC 2025 bukan sekadar partisipasi simbolis, melainkan langkah konkret untuk memperkuat jaringan kerja sama internasional di bidang halal. Menurutnya, potensi industri halal dunia sangatlah besar, dengan nilai pasar global yang diperkirakan mencapai triliunan dolar AS dalam beberapa tahun mendatang. Oleh karena itu, Indonesia ingin memastikan diri hadir sebagai pemain kunci, bukan sekadar penonton.
“Kolaborasi halal global diharapkan mampu memperkuat ekosistem kerja sama industri dan perdagangan produk halal sesuai regulasi dan standar, serta membawa keuntungan bersama bagi seluruh pihak yang terlibat,” kata Syakur dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Dalam kesempatan itu, Syakur juga memaparkan sejumlah kebijakan, regulasi, serta perkembangan terbaru implementasi sertifikasi halal di Indonesia. Ia menekankan bahwa sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, dan diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2024, Indonesia telah melakukan transformasi besar. Sertifikasi halal yang sebelumnya bersifat sukarela kini menjadi kewajiban. Hal ini tidak hanya menjamin konsumen Muslim mendapatkan produk sesuai syariat, tetapi juga meningkatkan kepercayaan global terhadap produk Indonesia.
“Halal saat ini bukan hanya isu keagamaan semata, melainkan sudah menjadi parameter universal yang berkaitan erat dengan kualitas, higienitas, keamanan, dan daya saing produk di pasar global,” ujar Syakur. Menurutnya, semakin banyak negara yang menjadikan standar halal sebagai jaminan mutu produk, baik pangan, farmasi, kosmetik, hingga pariwisata.
Selain menyampaikan kebijakan, BPJPH juga menggelar business matching dengan sejumlah perusahaan besar dari kawasan Amerika Latin dan Karibia. Respon para pelaku usaha di kawasan tersebut dinilai sangat antusias. Mereka tidak hanya ingin menjajaki pasar halal Indonesia yang besar, tetapi juga berupaya menyesuaikan produknya agar dapat memperoleh sertifikasi halal dari BPJPH. Hal ini sekaligus memperlihatkan bahwa sistem sertifikasi halal Indonesia semakin diakui dunia sebagai lembaga yang kredibel dan kompetitif.
Pertemuan bilateral di sela-sela forum juga membahas peluang kerja sama teknis antara BPJPH dengan lembaga sertifikasi halal setempat. Indonesia menawarkan berbagai bentuk dukungan, mulai dari pertukaran informasi regulasi, pelatihan sumber daya manusia, hingga kerja sama verifikasi lapangan. Semua ini diharapkan bisa menjembatani kebutuhan pelaku usaha internasional dengan layanan sertifikasi halal yang terintegrasi di Indonesia.
Data BPJPH hingga September 2025 menunjukkan bahwa saat ini sudah ada 94 lembaga halal luar negeri (LHLN) dari 37 negara yang menjalin kerja sama resmi dengan Indonesia. Tiga di antaranya berasal dari Brasil, yang kini menjadi salah satu mitra utama Indonesia di Amerika Latin dalam pengembangan industri halal. Lebih dari 118 ribu produk bersertifikat halal luar negeri juga telah terdaftar di Indonesia, menunjukkan tingginya minat pasar global terhadap skema sertifikasi halal nasional.
Syakur menegaskan bahwa langkah-langkah tersebut bukan hanya memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional, tetapi juga memberi nilai tambah bagi ekonomi nasional. Dengan kolaborasi yang lebih luas, Indonesia dapat memperluas ekspor produk halal, meningkatkan kepercayaan konsumen global, serta memperkokoh daya saing industri dalam negeri.
“Partisipasi BPJPH dalam INA-LAC 2025 ini sekaligus mempertegas peran Indonesia sebagai mitra strategis dalam membangun ekosistem halal global. Forum ini membuka peluang kerja sama yang lebih luas, baik di bidang perdagangan, investasi, maupun standardisasi halal, antara Indonesia dan negara-negara di kawasan Amerika Latin serta Karibia,” pungkasnya.





