BI Tegaskan Inflasi September 0,21 Persen Masih Sesuai Jalur Pemulihan Ekonomi

foto/ilustrasi

Sekilas.co – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi pada September 2025 tercatat sebesar 0,21 persen secara month-to-month (mtm). Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi masih berada dalam rentang sasaran yang telah ditetapkan pemerintah bersama Bank Indonesia (BI).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa capaian inflasi tersebut menandakan kondisi harga-harga di dalam negeri masih terkendali dan sejalan dengan target kebijakan moneter nasional.

Baca juga:

“Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2025 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 ± 1 persen. Artinya, semuanya tetap on the track, masih berada dalam koridor target yang telah ditetapkan di awal tahun oleh pemerintah dan Bank Indonesia,” ujar Ramdan saat ditemui seusai rapat bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (1/10/2025).

Dalam rilis resmi BI, dijelaskan bahwa terkendalinya inflasi ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral serta sinergi erat antara BI dan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Sinergi tersebut diwujudkan melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), yang secara aktif menjalankan berbagai inisiatif dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai wilayah Indonesia.

“Koordinasi yang solid antara pemerintah dan BI, khususnya dalam menjaga pasokan dan stabilitas harga pangan, menjadi kunci utama dalam mengendalikan tekanan inflasi sepanjang tahun ini,” tambah Ramdan.

Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi akan tetap berada dalam kisaran sasaran 2,5 ± 1 persen hingga akhir tahun 2025, dan berlanjut stabil pada tahun 2026 mendatang.

Dari sisi komponen, inflasi inti (core inflation) pada September 2025 tercatat sebesar 0,18 persen (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 0,06 persen. Kenaikan ini terutama dipicu oleh naiknya harga emas perhiasan dan biaya pendidikan tinggi seiring dengan dimulainya tahun ajaran baru.

Sementara itu, kelompok pangan bergejolak (volatile food) mengalami inflasi sebesar 0,52 persen, berbalik arah dari kondisi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,61 persen.

Kenaikan harga pada kelompok ini didorong oleh komoditas aneka cabai dan daging ayam ras, yang dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan akibat berakhirnya masa panen dan meningkatnya biaya produksi.

Adapun komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices) mencatat inflasi sebesar 0,06 persen, naik dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,08 persen. Kenaikan pada kelompok ini terutama disumbang oleh harga rokok kretek mesin dan kretek tangan, seiring dengan berlanjutnya penyesuaian harga jual eceran (HJE) rokok di pasaran.

Dengan capaian tersebut, BI menegaskan bahwa stabilitas harga nasional masih terjaga dan mendukung arah kebijakan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.

Artikel Terkait