Sekilas.co – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai bahwa penambahan likuiditas perbankan tidak serta-merta mendorong penyaluran kredit ke dunia usaha.
Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani, menjelaskan bahwa pelaku usaha masih membutuhkan kondisi bisnis yang lebih stabil, kepercayaan pasar yang lebih kuat, serta kebijakan yang mampu menekan biaya ekspansi.
“Jika semua faktor tersebut berjalan beriringan, maka pelaku usaha akan lebih siap meningkatkan permintaan kredit,” ujar Shinta, Rabu, 26 November 2025.
Pada Oktober 2025, pertumbuhan kredit perbankan tercatat sebesar 7,36 persen secara tahunan, melambat dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 7,7 persen (yoy). Pemerintah sebelumnya mengalihkan dana Rp 276 triliun ke perbankan untuk memperkuat likuiditas dengan harapan dapat menggerakkan kegiatan ekonomi.
Shinta menilai penyaluran kredit sebenarnya tetap di jalur yang positif, meski pelaku usaha masih berhati-hati dalam melakukan ekspansi. Ia mencontohkan, kredit modal kerja hanya naik 2,1 persen, menunjukkan aktivitas operasional perusahaan belum kembali agresif.
Sebaliknya, kredit investasi tumbuh 15 persen, mengindikasikan sektor berbasis proyek jangka panjang mulai melakukan pembangunan kapasitas untuk pertumbuhan berikutnya.
Menurut Shinta, lemahnya permintaan kredit tidak merata karena beberapa alasan. Pertama, pelaku usaha menerapkan strategi pembiayaan yang lebih hati-hati karena bunga kredit masih tinggi.
Kedua, ketidakpastian prospek permintaan membuat dunia usaha belum berani berekspansi besar-besaran. Ia memperkirakan pertumbuhan kredit hingga akhir tahun masih berada pada tren moderat.
“Pelaku usaha masih menunggu katalis yang lebih kuat, baik berupa penurunan suku bunga ataupun peningkatan permintaan domestik,” katanya.
Sebelumnya, setelah memindahkan Rp 200 triliun dana pemerintah dari Bank Indonesia ke perbankan, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kembali menambah likuiditas sebesar Rp 76 triliun.
Ia menyampaikan bahwa dampak maksimal dari kebijakan tersebut membutuhkan waktu 2–3 bulan sebelum benar-benar terasa di sektor riil, sehingga hasilnya diprediksi mulai tampak pada Desember 2025 atau Januari 2026.
Purbaya menjelaskan bahwa penempatan dana tersebut telah memperkuat likuiditas domestik. Data Bank Indonesia menunjukkan DPK perbankan tumbuh 11,48 persen pada Oktober. “DPK sudah tumbuh dua digit dan penyaluran kredit terus membaik, terutama kredit investasi,” ujar Purbaya dalam konferensi pers APBN di Jakarta, Kamis, 20 November 2025.





