Proyek LNG Abadi Masela Capai Tonggak Baru, SKK Migas Rampungkan Studi CCS

foto/istimewa

Sekilas.co – SKK Migas bersama INPEX Masela Ltd. telah menuntaskan studi teknis Carbon Capture and Storage (CCS) untuk proyek lapangan gas Abadi di Blok Masela. Kajian ini dilakukan guna memastikan kesiapan bawah permukaan (subsurface) sebelum teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon tersebut diimplementasikan dalam proyek migas strategis nasional tersebut.

Deputi Eksploitasi SKK Migas Taufan Marhaendrajana mengatakan, penyelesaian studi CCS merupakan langkah penting dalam perancangan teknologi ramah lingkungan yang disesuaikan dengan karakteristik geologi wilayah Maluku.

Baca juga:

“Hasil studi ini menjadi dasar penting bagi tahap lanjutan proyek agar tetap sejalan dengan prinsip keberlanjutan dan perlindungan lingkungan,” ujar Taufan dalam keterangan tertulis, Senin, 28 Oktober 2025.

Kajian tersebut dikerjakan SKK Migas dan INPEX dengan melibatkan Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB). Taufan menjelaskan, studi CCS ini menjadi bagian dari komitmen Proyek Abadi dalam mendukung target Net Zero Emission, sekaligus meningkatkan daya saing global proyek LNG Masela.

Teknologi CCS berfungsi untuk menangkap dan menyimpan emisi karbon dioksida (CO₂) dari hasil produksi gas, sehingga kegiatan operasional tetap ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan selesainya studi ini, INPEX kini siap melangkah ke tahap Front End Engineering Design (FEED).

Executive Project Director INPEX Masela Ltd., Jarrad Blinco, menegaskan bahwa studi CCS merupakan bentuk nyata komitmen perusahaan dalam mendukung transisi menuju energi bersih.

“Proyek LNG Abadi akan menjadi proyek pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi CCS. Ini tidak hanya menekan emisi karbon, tetapi juga memastikan pasokan energi yang berkelanjutan bagi negara,” ujar Blinco.

Studi CCS yang dimulai sejak 2022 tersebut meninjau kesiapan bawah permukaan dan kapasitas penyimpanan CO₂. Penelitian lanjutan pada 2024–2025 mencakup analisis laboratorium, pemodelan geomekanika 3D, serta simulasi 4D coupled flow-geomechanics untuk memahami risiko dan perilaku injeksi karbon di bawah tanah.

Sebelumnya, pemerintah telah meresmikan dimulainya tahap FEED Proyek Lapangan Gas Abadi Blok Masela di Laut Arafura pada 28 Agustus 2025. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menyampaikan, pemerintah mendukung penuh percepatan proyek ini melalui penyederhanaan regulasi dan perizinan, agar seluruh tahapan dapat diselesaikan tepat waktu.

Blok Masela dikelola oleh INPEX Masela Ltd., yang menunjuk PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebagai kontraktor utama tahap FEED bersama dua perusahaan EPC global, KBR dan Samsung Engineering & Construction.

Proyek strategis nasional ini ditargetkan memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 MMSCFD gas pipa, dan 35 ribu barel kondensat per hari. Fasilitas LNG darat akan dilengkapi dengan teknologi CCS untuk menekan emisi karbon, sekaligus mendukung target pengurangan emisi nasional.

Menurut Yuliot, proyek Masela diharapkan memperkuat ketahanan energi nasional, mengurangi ketergantungan impor, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat lokal.

“Proyek Masela harus mampu menciptakan lapangan kerja, memberdayakan pelaku usaha daerah, dan memastikan masyarakat sekitar ikut merasakan manfaatnya,” ujar Yuliot.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Blok Masela memiliki luas sekitar 4.291,35 km², berlokasi di Laut Arafura, sekitar 800 km timur Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan 400 km utara Kota Darwin, Australia, dengan kedalaman laut 300–1.000 meter.

Proyek ini berpotensi memproduksi 1.600 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 MMSCFD gas pipa, dan sekitar 35 ribu barel kondensat per hari, dengan target operasional pada kuartal IV 2029.

LNG (Liquefied Natural Gas) merupakan gas bumi yang didinginkan hingga suhu -162°C, mengubahnya menjadi bentuk cair dengan volume 600 kali lebih kecil dari kondisi gas, sehingga lebih mudah disimpan dan didistribusikan.

LNG digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik dan bahan baku industri, dengan keunggulan mampu mengurangi emisi CO₂ hingga 25%, emisi NOx hingga 90%, serta tanpa menghasilkan sulfur dan partikel debu.

Selain pengembangan lapangan gas, proyek Masela juga mencakup pembangunan pelabuhan dan fasilitas pendukung kilang LNG, yang akan memfasilitasi perpindahan barang, suku cadang, dan hasil olahan gas bumi.

Adapun kontrak Blok Masela telah ditandatangani sejak 16 November 1998, dengan masa berlaku awal 30 tahun hingga November 2028. Namun, kontraktor telah mendapat kompensasi waktu tujuh tahun serta perpanjangan kontrak 20 tahun, sehingga masa berlaku kini hingga 15 November 2055.

Artikel Terkait