Menteri UMKM Sindir Monopoli PLN, Pesan Tegas Disampaikan di Depan Bos Danantara

foto/istimewa

Sekilas.co – Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menyoroti dominasi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero dalam sektor kelistrikan nasional. Ia menilai monopoli yang dimiliki PLN melalui Undang-Undang Ketenagalistrikan sudah terlalu luas dan tidak sepenuhnya berdampak pada pemerataan akses energi di seluruh wilayah Indonesia.

Hal itu disampaikan Maman saat menghadiri diskusi publik bertajuk Setahun Pemerintahan Prabowo-Gibran yang digelar di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Kamis, 16 Oktober 2025. Dalam forum tersebut, Maman berbicara di hadapan Chief Executive Officer (CEO) Danantara Indonesia, Rosan Roeslani, yang juga hadir sebagai pembicara.

Baca juga:

“Mas Rosan nanti mau bangun listrik di daerah terpencil selaku Danantara. Sudah saatnya kalau memang tidak ada listriknya, ya diberikan kesempatan perusahaan lain ataupun bisa dikasih ke koperasi untuk membangun listrik juga,” ujar Maman.

Politikus Partai Golkar itu menjelaskan, pandangannya bukan untuk menentang peran PLN sebagai perusahaan milik negara, melainkan untuk membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang pemerataan akses energi dan partisipasi pelaku usaha lain dalam industri ketenagalistrikan nasional.

“Cabang-cabang produksi yang menyangkut hajat hidup orang banyak memang dikuasai oleh negara untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk kesejahteraan BUMN,” tegasnya.

Lebih lanjut, Maman menganalogikan posisi PLN sebagai “anak kandung” dari negara, sedangkan perusahaan swasta dan koperasi sebagai “anak tiri”. Ia menilai, meski PLN memegang kendali penuh, hasil kinerjanya belum sebanding dengan potensi sumber daya yang dimiliki.

“Setiap usaha dikasih ke anak kandung, rugi terus. Tapi setiap usaha dikasih ke anak tiri, untung terus. Pernyataannya pilih mana? Saya akan pilih dikasih ke anak tiri,” kata Maman disambut tawa peserta diskusi.

Menurutnya, makna nasionalisme ekonomi tidak diukur dari siapa yang diberi akses permodalan oleh negara, melainkan dari hasil nyata yang diberikan bagi masyarakat luas.

“Nasionalisme bukan soal siapa yang diberi dana, tapi apa hasil yang diberikan. Kalau hasilnya untuk rakyat dan memajukan bangsa, maka itulah nasionalisme yang sebenarnya,” ujar Maman.

Pernyataan Maman Abdurrahman ini menjadi sorotan karena disampaikan langsung di hadapan Rosan Roeslani, yang kini aktif mendorong investasi Danantara Indonesia di sektor energi dan infrastruktur. Kritik tersebut sekaligus menjadi refleksi terhadap arah kebijakan energi nasional yang diharapkan lebih terbuka bagi partisipasi swasta dan koperasi, khususnya di daerah-daerah terpencil yang belum teraliri listrik.

Artikel Terkait