Sekilas.co – Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan penguatan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan dolar Amerika Serikat (AS) yang tertekan akibat ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS, The Fed.
Pada pembukaan perdagangan hari Selasa di Jakarta, rupiah menguat 35 poin atau 0,21 persen menjadi Rp16.380 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.415 per dolar AS.
“Nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Rp16.350 hingga Rp16.450 per dolar AS,” ujar Lukman saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Lukman memproyeksikan rupiah akan terus menguat seiring dengan indeks dolar AS yang tertekan, menyusul meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan The Fed sebesar 50 basis poin (bps).
Data ekonomi AS mendukung pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 bps, meskipun sebagian besar konsensus masih memperkirakan pemangkasan sebesar 25 bps.
The Fed dijadwalkan mengadakan pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa (16/9) dan Rabu (17/9) untuk memutuskan kebijakan FFR.
Dari dalam negeri, Lukman berharap Bank Indonesia (BI) dapat mempertahankan BI-Rate di level 5,00 persen, sebagai upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
BI akan menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Selasa dan Rabu (17/9), dengan keputusan terkait BI-Rate diumumkan besok.
“BI diharapkan akan mempertahankan suku bunga saat ini untuk menjaga stabilitas rupiah,” tambah Lukman.
Selain itu, Pemerintah RI telah meluncurkan paket stimulus ekonomi 8+4+5, terdiri dari 8 program akselerasi tahun 2025, 4 program yang dilanjutkan pada 2026, dan 5 program penyerapan tenaga kerja. Untuk tahun 2025, delapan program akselerasi ini memiliki total anggaran Rp16,23 triliun.
Sementara itu, kurs rupiah menurut Jisdor Bank Indonesia (BI) per 15 September 2025 berada di Rp16.405 per dolar AS.





